Yuan Shikai | |
---|---|
袁世凱 | |
Maharaja China Hongxian (洪憲) | |
Takhta 22 Disember 1915 – 22 Mac 1916 | |
Perdana Menteri | Lou Tseng-Tsiang |
Didahului oleh | Diri sendiri (sebagai Presiden) |
Digantikan oleh | Diri sendiri (sebagai Presiden) |
Presiden Republik China | |
Dalam jawatan 10 Mac 1912 – 22 Disember 1915 | |
Premier | Tang Shaoyi Lou Tseng-Tsiang Zhao Bingjun Xiong Xiling Sun Baoqi Xu Shichang |
Naib Presiden | Li Yuanhong |
Didahului oleh | Sun Yat-sen |
Digantikan oleh | Diri sendiri (sebagai Maharaja) |
Dalam jawatan 22 Mac 1916 – 6 Jun 1916 | |
Premier | Xu Shichang Duan Qirui |
Naib Presiden | Li Yuanhong |
Didahului oleh | Diri sendiri (sebagai Maharaja) |
Digantikan oleh | Li Yuanhong |
Perdana Menteri | |
Dalam jawatan 2 November 1911 – 10 Mac 1912 | |
Raja | Xuantong Emperor |
Didahului oleh | Yikuang, Prince Qing |
Digantikan oleh | Zhang Xun (1917) |
Gabenor Provinsi Beiyang | |
Dalam jawatan 1915–1916 | |
Didahului oleh | Li Hongzhang |
Digantikan oleh | Yang Shixiang |
Maklumat peribadi | |
Lahir | 16 September 1859 Xiangcheng, Henan, Qing Dynasty |
Mati | 6 Jun 1916 Beijing, Republik China | (umur 56)
Parti politik | Beiyang clique Republican Party |
Pasangan | Yu Yishang Lady Shen Lady Lee |
Anak | Yuan Keding Yuan Kewen 15 anak lelaki 15 anak perempuan |
Pekerjaan | Jeneral[2], Ahli politik |
Tandatangan | |
Perkhidmatan tentera | |
Kesetiaan | Dinasti Qing |
Cabang/khidmat | Askar Beiyang |
Tahun khidmat | 1881–1916 |
Perang/Pertempuran | Insiden Imo Gapsin Coup Perang China-Jepun Pertama Pemberontakan Boxer |
Yuan Shikai (Cina Tradisional: 袁世凱 ; Cina Ringkas: 袁世凯 ; pinyin: Yuán Shìkǎi; Wade-Giles: Yüan Shih-k'ai; Nama kehormatan Weiting 慰亭; nama samaran: Rong'an 容庵) (16 September 1859[3] – 6 Jun 1916) adalah jeneral China penting dan politikus yang terkenal selama zaman akhir Dinasti Qing.
Awal hidup
Yuan Shikai lahir di desa Zhangying (張營村), wilayah Xiangcheng, prefektur Chenzhou, Henan, klan Yuan kemudian pindah sekitar 16 kilometer sebelah tenggara Xiangcheng ke daerah berbukit supaya lebih mudah untuk bertahan melawan para bandit. Di sana keluarga Yuan membangun desa yang dibentengi dan diberi nama (Bahasa Cina: 袁寨村 ).[perlu rujukan]
Keluarga Yuan adalah keluarga kaya yang memberikan pendidikan Konfusianisme yang cukup bagi Yuan.[4] Beliau bercita-cita untuk bisa meniti karier di bidang pelayanan publik, tetapi sayangnya beliau dua kali gagal dalam ujian kenegaraan. Beliau lalu memutuskan untuk memasuki ranah politik melalui Tentara Huai, di mana banyak saudaranya yang ternaung dalam lembaga tentera tersebut. Kariernya dimulai dengan pelantikan gelar rendah rasmi pada tahun 1880, di mana hal tersebut menjadi ciri khas sistem promosi pada masa akhir Dinasti Qing.[2]
Dengan mengandalkan koneksi ayahnya, Yuan pergi ke Tengzhou, Shandong, dan mencari jabatan dalam Brigade Qing. Pernikahan pertama Yuan terjadi pada 1876 dengan wanita dari keluarga Yu. Pernikahan ini menghasilkan satu orang anak yakni, Yuan Keding yang lahir pada 1878. Yuan Shikai menikahi setidaknya sembilan wanita sepanjang hidupnya.[5]
Tahun-tahun di Dinasti Joseon
Dinasti Joseon di Korea pada awal dekade 1870an berada dalam perselisihan antara pihak tertutup di bawah pimpinan ayah Maharaja Gojong, Heungseon Daewongun, dan pihak progresif pimpinan ratu, Maharani Myeongseong yang menginginkan keterbukaan perdagangan. Setelah Restorasi Meiji, Jepun mengadopsi kebijakan luar negeri yang bersifat agresif. Hal ini ditandai dengan program Jepun untuk mengurangi dominasi China di Semenanjung Korea. Di bawah Perjanjian Ganghwa, yang disetujui Korea dengan setengah hati pada 1876, Jepun diperbolehkan untuk mengirim misi diplomatik ke Hanseong (Seoul), dan membuka pos perdagangan di Incheon dan Wonsan. Di tengah perselisihan internal yang terjadi tersebut yang akhirnya berakhir dengan pembuangan sang ratu. Raja Muda Zhili, Li Hongzhang, mengirim 3,000 orang askar briged Qing menuju ke Korea. Maharaja Gojong berencana melatih 500 pasukan dengan menggunakan persenjataan moden, dan Yuan Shikai dilantik untuk memimpin tugas ini di Korea. Li Hongzhang juga setuju dengan penunjukan ini dengan menaikan pangkat Yuan menjadi "pengawas bawah" (subprefect).
Pada 1885, Yuan ditunjuk sebagai Residen Kekaisaran di Seoul.[6] Jawatan ini disetarakan seperti duta besar, tetapi dalam kenyataanya, beliau bertugas sebagai seorang suzerain (semacam Gabenor Jeneral), Yuan menjadi penasihat tertinggi di seluruh kebijakan pemerintah Korea. Melihat China meningkatkan kendali atas pemerintah Korea, Jepun mencari pengaruh baru dengan menjadi ko-suzerain dengan China. Beberapa dokumen diberikan pada Yuan Shikai, isinya mendakwa pemerintahan Korea telah mengubah sikap terhadap perlindungan China dan tertarik kepada perlindungan Russia. Yuan merasa sakit hati dan meminta nasihat Li Hongzhang.
Dalam perjanjian yang ditandatangani oleh Jepun dan Qing, dua pihak ini setuju bahawa masing-masing pihak hanya mengirim pasukan ke Korea setelah memberitahu terlebih dahulu pada pihak yang lain. Meskipun pemerintah Korea kini telah stabil, statusnya masih merupakan protektorat dari Qing. Korea sendiri menginginkan penganjuran modernisasi di segala aspek kehidupan bangsa termasuk menginginkan ideologi yang lebih moden. Namun, di pihak lain, masyarakat Donghak, menginginkan agar doktrin lama nasional yang berdasar pada ajaran dan prinsip-prinsip Konfusius, memberontak kepada pemerintah. Yuan dan Li Hongzhang mengirim pasukan ke Korea untuk melindungi Seoul dan kepentingan Qing. Jepun juga melakukan hal yang sama dalam rangka melindungi pos-pos dagang milik mereka. Ketegangan semakin meningkat antara Jepun dan China saat Jepun menolak untuk menarik mundur pasukannya dan malah memasang blokade di Paralel ke-38. Li Hongzhang berusaha menghindari perang dengan Jepun untuk menjaga agar ketersediaan dana bagi China tidak terbuang untuk perang. Li malah mencoba untuk meminta bantuan internasional untuk mempengaruhi Jepun agar mau menarik pasukannya. Jepun menolak, dan kemudian perang pecah. Yuan, yang berada dalam posisi yang tidak menguntungkan, dipanggil kembali ke Tianjin pada Julai 1894, sebelum Perang China-Jepun Pertama (甲午戰爭).
Yuan Shikai memiliki tiga gundik Korea, salah satunya berketurunan Kim yang merupakan kerabat dari Puteri Li Korea. 15 anak Yuan dilahirkan hasil hubungan sedudukan dengan para gundik ini.[7][8][9]
Semasa akhir Dinasti Qing
Popularitas Yuan semakin naik, walaupun beliau hanya berpartisipasi nominal saja dalam Perang China-Jepun Pertama sebagai komandan garison China di Korea. Tidak seperti komandan yang lain, beliau ditarik kembali ke Beijing beberapa hari sebelum konflik pecah, hal ini sekaligus menutupi rasa malunya akibat kekalahan China.
Sebagai sekutu Li Hongzhang, Yuan ditunjuk sebagai komandan Pasukan Baru pertama pada tahun 1895. Sebagai komandan, beliau sangat bertanggung jawab pada pelatihan terhadap pasukan moden pertama China ini, Yuan memperoleh pengaruh politik yang besar dan kesetiaan dari para komandan muda pasukan barunya yang ditandai pada tahun 1901, lima dari tujuh komandan divisional China dan sebagian besar komandan senior berada dalam kekuasaannya.[2] Majlis Qing mempercayai secara penuh pasukannya itu. Dan dalam Pasukan Baru yang tergabung dalam Gerakan Penguatan Diri ini, Yuan adalah individu yang dianggap paling terlatih.
Majlis Qing saat itu terbagi dua iaitu pihak progresif yang dipimpin oleh Maharaja Guangxu, dan pihak konservatif yang dipimpin oleh Maharani Cixi, yang sebelumnya mundur dan pindah ke Istana Musim Panas setelah kegagalan Reformasi Seratus Hari pada 1898. Namun, baginda menyatakan bahawa reformasi yang terjadi terlalu drastis, dan berencana untuk mengambil kembali kedudukannya melalui kudeta. Namun, rencana ini menyebar terlalu cepat, dan Maharaja menjadi lebih waspada terhadap rencana yang akan dijalankan ini. Beliau memerintahkan para aktivis reformasi seperti Kang Youwei, Tan Sitong dan yang lain merancang rencana untuk menyelamatkannya. Keterlibatan Yuan dalam kudeta ini menjadi bahan perdebatan di antara para ahli sejarah. Tan Sitong dilaporkan berbicara dengan Yuan beberapa hari sebelum kudeta, meminta Yuan untuk membantu Maharaja melawan Maharani Cixi. Yuan menolak untuk memberi jawaban langsung, tetapi beliau mengisyaratkan bahawa kesetiannya adalah untuk Maharaja. Sementara itu Jendreal Manchu, Ronglu mengatur siasat bersama pasukannya untuk melakukan kudeta.
Berdasarkan beberapa sumber, termasuk dari buku harian Liang Qichao dan beberapa sumber berita kontemporer China, Yuan Shikai tiba di Tianjin pada 20 September 1898 dengan menggunakan kereta api. Hal ini menandakan bahawa pada malam harinya Yuan sempat berbicara dengan Ronglu, tetapi apa isi pembicaraannya masih simpang siur. Sebagian besar sejarawan meyakini bahawa Yuan menceritakan kepada Ronglu tentang semua rencana para reformis dan memerintahkannya untuk mengambil tindakan segera. Rencana ini kemudian terungkap, pasukan Ronglu merangsek ke Kota Terlarang saat fajar 21 September memaksa Maharaja mengasingkan diri ke istana danau.
Yuan yang sudah beraliansi politik dengan Maharani Cixi dan menjadi seteru abadi Maharaja Guangxu, Yuan meninggalkan ibu kota pada tahun 1899 untuk menduduki jabatannya yang baru sebagai Gabenor Shandong. Pemberontakan Yihetuan meletus selama tiga tahun masa kepemimpinannya, beliau memastikan akan menindak para pemberontak Boxer tersebut di provinsinya, meskipun pasukannya tidak berperan aktif di luar Shandong. Yuan berpihak kepada faksi pro-asing yang ada di Majlis empayar, bersama dengan Putera Qing, Li Hongzhang dan Ronglu. Beliau menolak untuk berpihak kepada pemberontak Boxer dan menyerang pasukan Aliansi Lapan Negara, bergabung bersama gabenor-gabenor China lainnya yang menjadi komandan pasukan moden seperti Zhang Zhidong yang juga tidak memihak kepada para pemberontak Boxer. Beliau dan Zhang membiarkan Maharani Cixi mendeklarasikan perang melawan kekuatan asing dan melanjutkan penindasan terhadap para pemberontak. Dalam rangka untuk menghindari pertempuran dengan pasukan Perikatan Lapan Negara dan menekan Pemberontakan Boxer di Shandong, Yuan dan pasukannya (Divisi Kanan) juga membantu pasukan perikatan ini membantai puluhan ribuan orang dalam kempen anti Pemberontakan Boxer di Zhili setelah pasukan Aliansi menguasai Beijing.[10] Yuan beroperasi di luar Baoding selama kempen tersebut yang berakhir pada tahun 1902.
Beliau juga mendirikan sebuah sekolah Shandong College sekarang menjadi Universiti Shandong di Jinan, yang dalam kurikulumnya mengguna pakai pemikiran Barat.
Pada Jun 1902 beliau dipromosikan menjadi Raja Muda Zhili, dan Komisioner untuk Urusan Perdagangan China Utara,[11] dan Menteri Beiyang (北洋通商大臣), kekuasaannya mencakup wilayah yang saat ini disebut sebagai Liaoning, Hebei, dan Shandong. Beliau memperoleh penghargaan dari luar negeri kerana membantu penumpasan Pemberontakan Boxer, beliau dengan sukses memperoleh pinjaman besar untuk memperbesarkan Tentara Beiyang miliknya menjadi pasukan yang paling kuat di China. Beliau membentuk kor kepolisian yang terdiri dari 2.000 anggota polisi untuk menjaga keamanan di Tianjin, pembentukan kepolisian ini adalah yang pertama kalinya dalam sejarah China, sebagai hasil dari Protokol Boxer yang melarang pasukan bersenjata berada di Tianjin. Yuan juga terlibat dalam pengambilalihan kendali jaringan rel kereta api dari Sheng Xuanhuai, seorang taipan pada masa itu. Beliau lalu memimpin perusahaan perkeretaapian termasuk pembangunan konstruksi dan infrastrukturnya yang menjadi sumber pendapatan yang sangat besar baginya. Yuan berperan aktif di masa-masa akhir keruntuhan Dinasti Qing termasuk membentuk Kementerian Pendidikan (學部) dan Kementerian Kepolisian (巡警部). Beliau juga menganjurkan persamaan derajat antara etnis Manchu dengan Han.
Pada tahun 1905, atas nasihat Yuan, Maharani Balu Cixi mengeluarkan dekret yang berisi perintah untuk mengakhiri sistem ujian Konfusius pada tahun 1906 dan memerintahkan Kementerian Pendidikan untuk mengimplemetasikan sistem pendidikan sekolah menengah, tinggi dan universitas berdasarkan pada kurikulum yang ditetapkan pemerintah, sistem ini meniru Jepun pada Zaman Meiji. Pada 27 Agustus 1908, Lembaga Qing memberlakukan “Asas-Asas Perlembagaan”, dan Yuan membantu membuat drafnya. Dokumen ini dikenal sebagai "pemerintahan konstitusional" dengan monarki yang kuat (mencontoh sistem Meiji di Jepun dan Bismarck Jerman). Sebuah perlembagaan dikeluarkan pada 1916 dan pemilihan parlemen dilaksanakan tahun 1917.[12]
Pengunduran diri dan kembali lagi
Maharani Balu Cixi dan Maharaja Guangxu meninggal dalam satu hari pada November 1908.[6] Dari berbagai sumber mengindikasikan bahawa keinginan terbesar Maharaja adalah Yuan segera dieksekusi. Meskipun demikian, untuk menghindari hukuman mati, pada Januari 1909 Yuan Shikai melepas semua jabatannya kepada Putera Chun. Yuan beralasan bahawa beliau mengundurkan diri dan kembali ke rumahnya di desa Huanshang (洹上村), prefektur Anyang, Henan, kerana ingin pensiun dan menyembuhkan penyakit kaki yang di deritanya.
Selama tiga tahun beliau mengasingkan diri, Yuan tetap berhubungan dengan sekutu-sekutu dekatnya, termasuk Duan Qirui, yang melapor kepadanya secara rutin tentang perkembangan pasukannya iaitu Tentara Beiyang yang masih setia kepadanya. Yuan memilih dukungan tentera yang strategik lalu memegang kekuatan yang seimbang terhadap pihak revolusioner (seperti Sun Yat-sen) dan pihak Majlis Qing. Kedua pihak tersebut menginginkan Yuan berada di pihak mereka.
Pemberontakan Wuchang dan Republik
Pemberontakan Wuchang dimulai pada 10 Oktober 1911 di Provinsi Hubei. Provinsi-provinsi selatan China mendeklarasikan kemerdekaannya dari Majlis Qing, tetapi provinsi-provinsi di utara bersikap melawan pemberontakan itu. Majlis Qing dan Yuan sepakat bahawa Tentara Beiyang adalah satu-satunya pasukan yang mampu menumpas pemberontakan tersebut. Majlis Qing meminta Yuan untuk kembali pada 27 Oktober, tetapi beliau berulang kali menolak tawaran Majlis Qing agar beliau kembali. Tawaran itu di antaranya adalah menjadi Raja Muda Huguang (gabenor di dua provinsi "Hu" iaitu Hubei dan Hunan), dan Perdana Menteri Kabinet Kekaisaran. Waktu berpihak kepada Yuan, dan dia terus menunggu sampai tiba waktunya yang tepat untuk bergerak, menggunakan alasan "penyakit kakinya" dia terus menolak.
Setelah beberapa tawaran selanjutnya dari Majlis Qing, Yuan akhirnya setuju dan segera meninggalkan desanya lalu menuju ke Beijing pada 30 Oktober. Beliau lalu menjadi Perdana Menteri pada 1 November 1911. Setelah itu beliau memerintahkan Putera Chun untuk mundur dari segala jabatan politiknya. Pengunduran diri Zaifeng ini memberi jalan pada Yuan untuk membuat kabinet yang didominasi oleh orang-orang dari etnis Han dan hanya terdiri dari satu orang Manchu yang memegang jabatan Menteri Penjajahan. Selain itu, kerana kesetiannya kepada Majlis Qing, Maharani Balu Longyu memberi Yuan gelar kebangsawanan Adipati Peringkat Pertama (一等侯), sebuah gelar yang sebelumnya pernah diberikan kepada Jeneral Zeng Guofan bersama Tentara Xiang-nya dalam menumpas Pemberontakan Taiping.
Sementara itu, dalam Pertempuran Yangxia, beliau berhasil mengambil alih kembali kota Hankou dan Hanyang dari revolusioner. Yuan tahu bahawa penumpasan total terhadap revolusi akan mengakhiri kegunaannya dalam rezim Qing. Oleh kerana itu, setelah menyerang distrik Wuchang, beliau mulai bernegosiasi dengan pihak revolusioner.
Penurunan takhta maharaja kecil
Kaum revolusioner telah memilih Sun Yat-Sen sebagai Presiden Sementara Republik China, tetapi pemerintahan ini lemah dalam dukungan militernya, maka dari itu mereka mulai berunding dengan Qing, untuk menggunakan Yuan sebagai penengah. Yuan lalu menyusun draf untuk penurunan takhta Maharaja Kecil Puyi supaya beliau bisa menduduki jabatan Presiden Sementara Republik China.[6] Yuan tidak hadir dalam dekret penurunan takhta yang dikeluarkan oleh Maharani Balu Longyu pada 12 Februari 1912.
Sun menyetujui kepresidenan Yuan setelah beberapa perselisihan berhasil diselesaikan, tetapi beliau juga meminta bahawa ibu kota harus dipindahkan ke Nanjing. Yuan, di sisi lain, menginginkan keuntungan secara geografis dengan memiliki ibu kota yang tidak jauh dari basis kekuatan militernya. Cao Kun, salah satu komandan Tentara Beiyang kepercayaannya, melakukan kudeta di Beijing dan Tianjin, berdasarkan perintah Yuan, agar Yuan memiliki alasan untuk tidak meninggalkan lingkungan pengaruhnya di Zhili (sekarang Hebei). Kaum revolusioner akhirnya mengalah, dan ibu kota republik baru ini tetap berada di Beijing. Yuan Shikai dipilih sebagai Presiden Sementara Republik China oleh Senat Sementara Nanjing pada 14 Februari 1912, dan diambil sumpahnya pada 10 Mac tahun yang sama.[13][14]
Pemilihan umum demokratis
Pada Februari 1913, pemilihan umum demokratis diadakan untuk memilih anggota Majlis Nasional Republik China di mana Partai Nasionalis China (Kuomintang (KMT) menang telak. Song Jiaoren dari Partai KMT sangat giat mendukung sistem kabinet dan menjadi kandidat kuat untuk menjadi Perdana Menteri.
Salah satu tujuan politik utama Song adalah memastikan bahawa independensi Parlemen China bisa terlindungi dari pengaruh kepresidenan. Program Song untuk mengurangi kewenangan presiden bertentangan dengan sikap Yuan, yang pada pertengahan 1912, secara jelas mendominasi kabinet sementara dan mengisyaratkan adanya keinginan untuk memegang kekuasaan lebih. Song kemudian melakukan perjalanan ke seluruh China pada 1912, beliau amat bersemangat mengungkapkan keinginannya membatasi kekuasaan Presiden, beliau senang mengambil contoh dengan mengkritik ambisi Yuan. Saat hasil pemilihan umum pada 1913 mengindikasikan kemenangan Partai KMT, hal ini otomatis akan membuat Song berada dalam posisi memainkan peranan penting dalam pemilihan perdana menteri dan kabinet, serta Partai KMT dapat mendesak untuk diadakannya pemilihan presiden demokratis dengan segera.[15]
Pada 20 Mac 1913, saat bersama beberapa orang temannya menuju ke Peking, Song Jiaoren ditembak dua kali oleh seseorang sewaktu berada di Stesen Kereta Api Shanghai. Beliau meninggal dua hari kemudian di rumah sakit. Bukti-bukti dari penyelidikan mengarah ke Sekretaris Kabinet dan Perdana Menteri Sementara dalam pemerintahan Yuan Shikai. Meskipun Yuan dianggap sebagai orang yang kemungkinan besar berada di balik pembunuhan tersebut, tetapi para konspirator dan pihak-pihak penting yang berhubungan dan dicurigai dalam kes ini terbunuh atau menghilang secara misteri. Yuan tidak pernah disiasat kerana kurangnya bukti.[15]
Penggelaran diri sebagai maharaja
Ketegangan antara Kuomintang dan Yuan semakin meruncing. Setelah tiba di Peking, Parlimen lantikan cuba mengendalikan Yuan, mengembangkan perlembagaan kekal, dan menggelar pemilihan umum presiden. Yuan menguasai dana pinjaman dari luar negeri sebesar 100 juta dolar, dan KMT kemudian terus mengkritik bahawa Yuan menguasai semua anggaran negara.[16]
Yuan mulai mengambil tindakan keras terhadap KMT pada tahun 1913, dengan cara menekan dan menyogok anggota KMT yang ada di parlemen yang menganut sistem dua kamar itu. Revolusioner Anti-Yuan juga mendakwa Yuan merancang penghancuran KMT dari dalam dan melengserkan pemerintahan yang disebut sebagai pro-Kuomintang.[16][17][18]
Revolusi Kedua
Melihat situasi dalam partainya yang semakin memburuk, Sun Yat-sen pergi ke Jepun pada November 1913. Hal ini disebut Revolusi Kedua, dalam rangka melawan Yuan Shikai. Di sisi lain, Yuan mengambil alih pemerintahan, menggunakan tentera sebagai basis kekuatan. Beliau membekukan Majlis Nasional dan Provinsi, sedangkan Dewan Perwakilan dan Senat diganti dengan "Dewan Negara" dan mengangkat Duan Qirui, leftenan Beiyang kepercayaannya, sebagai Perdana Menteri. Beliau mempercayakan sarjana dari Amerika Syarikat, Tsai Ting Kan untuk menjadi penerjemahnya dalam berhubungan dengan masyarakat luar negeri. Akhirnya, Yuan merekayasa diri sebagai presiden terpilih untuk masa jabatan lima tahun. Selain itu beliau menyatakan bahawa Kuomintang adalah organisasi terlarang dan mencopot semua anggotanya dari Parlemen.
"Revolusi Kedua" Kuomintang ini berakhir dengan kegagalan setelah pasukan Yuan mendapat kemenangan atas gerakan revolusioner. Gabenor-gabenor dan beberapa loyalis KMT berbalik setia ke Yuan, beberapa komandan yang tidak memihak Yuan dicopot dari jabatannya, Revolusi Kedua ini rasmi ditumpas oleh Yuan.[19]
Pada Januari 1914, Parlimen China rasmi dibekukan. Untuk membuat pemerintahan Yuan terlihat sah, Yuan mengumpulkan 66 orang dari kabinetnya pada 1 Mei 1914, menghasilkan "perlembagaan terpadu" yang digunakan untuk mengganti perlembagaan sementara China. Yuan, sebagai presiden, berhak atas kuasa tak terbatas pada tentera, keuangan, kebijakan luar negeri, dan hak-hak dasar masyarakat China. Yuan menyatakan bahawa revolusi yang menginginkan kehidupan berbangsa yang demokratis terbukti tidak efektif.[20]
Setelah kemenangannya ini, Yuan kembali mengorganisasi pemerintahan provinsial. Masing-masing provinsi kini didukung oleh seorang Gabenor Militer (都督) yang memiliki kewenangan sipil dan memiliki kewenangan mandiri dalam mengelola pasukan di wilayah masing-masing. Meskipun kewenangan provinsial yang dicanangkan Yuan ini baik, tetapi hal ini ternyata menumbuhkan persaingan antara para gabenor tentera beserta pasukannya yang melumpuhkan China selama dua dekade kedepan.
Selama masa kepresidenan Yuan, koin perak dalam mata uang Yuan yang bergambar potret dirinya diperkenalkan. Ini adalah koin Yuan pertama dari otoritas pusat Republik China yang dicetak dalam jumlah yang cukup banyak. Koin ini menjadi jenis koin perak utama selama paruh pertama abad ke-20 dan dicetak untuk terakhir kalinya tahun 1959. Koin ini juga banyak dipalsukan.[21]
Dua Puluh Satu Tuntutan Jepun
Pada Januari 1915, setelah merebut koloni Jerman di Qingdao, Jepun mengirim ultimatum rahasia yang dikenal sebagai Dua Puluh Satu Tuntutan ke Beijing. Dalam tuntutan ini, Jepun menawarkan perluasan wilayah menjadi sebuah bisnis untuk menyelesaikan hutang-hutang China kepada Jepun, dan menjadikan Qingdao sebagai wilayah konsesi untuk Jepun. Ketika kabar mengenai tuntutan ini bocor ke khalayak umum, demonstrasi anti-Jepun meletus di mana-mana yang disertai dengan pemboikotan produk-produk Jepun secara nasional. Yuan yang menyetujui sebagian besar dari tuntutan tersebut membuat popularitas pemerintahannya menurun, meskipun banyak dari tuntutan tersebut berhubungan dengan beberapa perjanjian Qing.[22] Tekanan dari pihak kekuatan Barat akhirnya membuat Jepun meniadakan beberapa poin dari tuntutan tersebut.
Kembalinya monarki
Guna terus mengembangkan kekuasaannya, Yuan mulai membangun berdasarkan elemen-elemen yang ada dalam Konfusianisme. Sebagai pendukung utama untuk menghidupkan kembali perayaan keagamaan dinasti Qing, Yuan sering berpartisipasi sebagai maharaja dalam ritual yang diadakan di Kuil Surga. Pada akhir tahun 1915, banyak rumor beredar agar monarki seharusnya dikembalikan. Dengan kekuasaannya, banyak dari pendukung Yuan, seperti Yang Du, menganjurkan pengembalian monarki dan meminta Yuan menjadi Maharaja. Yang Du beralasan bahawa masyarakat China telah lama dan terbiasa dengan sistem otokratis, Republik hanya sebagai cara yang efektif sebagai fase transisi untuk mengakhiri peraturan ala Manchu. Beliau beralasan bahawa situasi politik China dapat stabil jika dijalankan dengan sistem monarki. Ahli ilmu politik Amerika Syarikat, Frank Johnson Goodnow juga mengungkapkan hal yang sama. Pihak Jepun juga berpendapat demikian dan mereka mendukung Yuan sebagai ungkapan rasa terima kasih atas dukungan Yuan terhadap Dua Puluh Satu Tuntutan.[23]
Pada 20 November 1915, Yuan mengadakan sebuah rapat untuk membentuk "Majlis Perwakilan" yang secara bulat mendukung Yuan menjadi maharaja. Pada 12 Disember 1915, Yuan setuju menjadi maharaja dan mendeklarasikan dirinya menjadi Maharaja Empayar China (Cina ringkas: 中华帝国大皇帝 ; Cina tradisional: 中華帝國大皇帝 ; pinyin: Zhōnghuá Dìguó Dà Huángdì) dengan gelar Maharaja Hongxian (Cina ringkas: 洪宪 ; Cina tradisional: 洪憲 ; pinyin: Hóngxiàn bererti Kelimpahan Perlembagaan). Maharaja baru China ini rasmi naik takhta pada 1 Januari 1916, setelah Yuan menjalani sebuah ritual kenaikan takhta yang dihadari oleh kalangan terbatas. Segera setelah menjadi maharaja, Yuan atau sekarang adalah Maharaja Hongxian memesan kepada mantan ahli tembikar empayar 40.000 porselen seharga 1,4 juta yuan, segel giok besar, dan dua jubah empayar masing-masing seharga 400.000 yuan.[2][13]
Reaksi awam dan antarabangsa
Yuan mengharapkan dukungan dari dalam dan luar negeri untuk takhtanya ini. Namun, beliau dan pendukungnya telah salah mengkalkulasi. Setelah berkuasa, banyak pendukung Yuan yang meninggalkannya, begitu juga dengan jaringan Tentara Beiyang yang berada dalam perlindungannya. Selain itu banyak terjadi protes terbuka yang memojokkan Yuan. Pemerintah internasional termasuk Jepun, yang tadinya mendukung sekarang malah melakukan hal sebaliknya dengan tidak memberikan pengakuan terhadap empayar Yuan.[24] Sun Yat-sen yang telah berhijrah ke Tokyo merancang gerakan di sana, secara aktif mengatur kembali gerakan untuk mematikan kekuasaan Yuan. Orang-orang kepercayaannya seperti Duan Qirui dan Xu Shichang meninggalkannya untuk mendirikan faksi mereka masing-masing.
Pembubaran kerajaan dan kematian
Dihadapkan dengan banyak pihak yang berusaha melawannya, Yuan menunda ritual kenaikan takhta secara formal untuk menenangkan keadaan, tetapi sebenarnya pada saat itu harga dirinya sudah benar-benar hancur dan satu demi satu provinsi menyuarakan penolakan terhadap Yuan. Pada 25 Disember 1915, Gabenor tentera Yunnan, Cai E memberontak. Beliau membentuk Perang Perlindungan Nasional. Gabenor Guizhou mengikuti langkah Cai pada Januari 1916, dan Guangxi menyatakan kemerdekaannya pada Mac.
Pendanaan untuk upacara nasional naik takhta Yuan dihentikan pada 1 Mac, dan beliau secara rasmi meninggalkan empayar pada 22 Mac, setelah 83 hari menjadi maharaja Hongxiang yang dibuatnya sendiri. Hal ini belum cukup bagi musuh-musuhnya, yang menginginkan pengunduran dirinya sebagai presiden. Banyak provinsi yang memberontak hingga akhirnya Yuan meninggal kerana uremia pada 5 Jun 1916, pada usia lima puluh enam tahun. Kematiannya ini diumumkan keesokan harinya.[13][24]
Jasadnya lalu dibawa ke kampung halamannya dan ditempatkan di mausoleum besar. Pada 1928, makamnya ini dijarah oleh Feng Yuxiang, seorang Tentara Guominjun selama Ekspedisi Utara. Beliau memiliki tiga putra dari istrinya Yu Yishang: Putera Yuan Keding, yang cacat dan dipanggil "idiot" oleh ayahnya, Putera Yuan Kewen, yang dijuluki ayahnya sebagai "sarjana palsu", dan Putera Yuan Keliang, yang sering disebut ayahnya sebagai "bandit".
Evaluasi dan warisan
Banyak dari kebijakan Yuan dinilai mendampak negatif kepada warga bangsa China. Meskipun beliau adalah orang yang telah melatih dan mengatur salah satu pasukan moden China dan memperkenalkan modernisasi dalam ranah hukum dan sosial. Para loyalis Yuan yang sebelumnya diberi kekuasaan untuk mengurus pasukannya sendiri-sendiri malah saling bermusuhan dan melakukan pertempuran yang tidak perlu setelah kematiannya. Yuan juga hanya melakukan sedikit perbaikan ekonomi dan perkembangan teknologi, dan beliau membiayai rejimnya melalui pinjaman luar negeri yang sangat besar. Beliau juga dikritik kerana dianggap sebagai pihak yang membuat moral dan reputasi internasional China merosot, hal ini juga berhubungan dengan kebijakannya yang memperbolehkan Jepun memperoleh wilayah konsesi dari pemerintahannya.[25]
Setelah kematian Yuan, ada usaha untuk mengembalikan republik oleh Li Yuanhong dengan cara memanggil legislator yang diusir pada tahun 1913, tetapi usaha ini dirasa tidak efektif untuk memulihkan keadaan, kerana Li tidak memiliki dukungan tentera yang memadai. Selain itu ada percobaan untuk mengembalikan kembali Dinasti Qing oleh Jeneral Zhang Xun pada tahun 1917, tetapi pasukannya dikalahkan oleh panglima perang yang lain pada tahun yang sama. Setelah kegagalan gerakan Zhang, pemerintahan di tingkat pusat menjadi hancur, dan China masuk ke dalam Era Panglima Perang. Dalam beberapa dekade berikutnya, kantor kepresidenan dan parlemen hanya menjadi alat bagi kegiatan tentera, dan politisi di Peking sangat bergantung kepada para gabenor dalam hal mendapatkan dukungan supaya bisa mmepertahankan jabatan politiknya.[26]
Setelah kematian Yuan, China menjadi negara tanpa pemerintahan pusat yang diakui, dan tentara nasional terpecah menjadi panglima-panglima perang yang berkompetisi untuk memperebutkan pengaruh dan kekuasaan. Karena alasan ini Yuan disebut sebagai "Bapak Panglima Perang". Selama hidupnya, beliau sangat mengerti persoalan pengelolaan pasukan, kemampuannya ini menjadikan beliau mampu membentuk pasukan China moden yang terorganisasi. Setelah beliau kembali berkuasa pada 1911, beliau mengandalkan kemampuan pasukan yang beliau bangun sendiri untuk mewujudkan ambisi empayar yang juga beliau bangun sendiri serta untuk menghancurkan sistem pemerintahan republik.
Pada program CCTV berjudul Towards the Republic, Yuan digambarkan sebagai pengelola yang mumpuni, beliau juga seorang manipulator situasi politik yang hebat. Deklarasi dirinya sebagai maharaja dipengaruhi oleh kekuatan dari luar serta putranya Yuan Keding.
Sebuah patung kura-kura bixi dengan sebuah prasasti untuk menghormati Yuan Shikai, dibangun di Taman Huanyuan, Anyang, Henan tidak lama setelah kematiannya, sebagian telah direstorasi pada tahun 1993.[27]
Legasi
Kematian
Rujukan
- ^ 袁世凯:一妻九妾. 网易 (dalam bahasa Cina). 网易 (163.com). 6 Jun 2008. Dicapai pada 2 May 2011.
- ^ a b c d Spence, Jonathan D. (1999) The Search for Modern China, W.W. Norton and Company. p. 274. ISBN 0-393-97351-4.
- ^ Laing, Ellen Johnston. (2004) Selling Happiness, University of Hawaii Press. p. 92. ISBN 0-8248-2764-3.
- ^ Bonavia 34
- ^ "袁世凯:一妻九妾". 网易 (dalam bahasa Chinese). 网易 (163.com). 6 June 2008. Dicapai pada 2 May 2011.CS1 maint: unrecognized language (link)
- ^ a b c Busky, Donald F. (2002) Communism in History and Theory, Praeger/Greenwood. ISBN 0-275-97733-1.
- ^ Mao, Min (2017). The Revival of China, Volume 1. m/s. 52.
- ^ Zhong Liu (2004). Thorny Road to Dignity: Surviving Mao: A Chinese Psychiatrist Embraces a Miracle in America. iUniverse. m/s. 97. ISBN 0595319777.
- ^ Steven T. Au (1999). Beijing Odyssey: Based on the Life and Times of Liang Shiyi, a Mandarin in China's Transition from Monarchy to Republic (ed. illustrated). Mayhaven Publishing. m/s. 92. ISBN 1878044680.
- ^ Edgerton, Warriors of the Rising Sun: A History of the Japanese Military, page 94
- ^ Bonavia 35
- ^ Tanner, Harold Miles. China: A History. Hackett Publishing (2009) ISBN 0-87220-915-6 Pages 408-410.
- ^ a b c Zhengyuan Fu. (1994) Autocratic Tradition and Chinese Politics, Cambridge University Press. pp. 153–154. ISBN 0-521-44228-1.
- ^ Spence, Jonathan D. (2001) The Search for Modern China, W. W. Norton & Company. pp. 277–278. ISBN 0-393-30780-8.
- ^ a b Spence, Jonathan D. (1999) The Search for Modern China, W.W. Norton and Company. pp. 275–277. ISBN 0-393-97351-4.
- ^ a b Spence, Jonathan D. (1999) The Search for Modern China, W.W. Norton and Company. p. 277. ISBN 0-393-97351-4.
- ^ Hugh Chisholm, penyunting (1922). The Encyclopædia britannica: the new volumes, constituting, in combination with the twenty-nine volumes of the eleventh edition, the twelfth edition of that work, and also supplying a new, distinctive, and independent library of reference dealing with events and developments of the period 1910 ... The Encyclopædia Britannica, Company ltd. m/s. 658. Dicapai pada 13 June 2011.
- ^ Hugh Chisholm (1922). The Encyclopædia Britannica: Abbe to English history ("The first of the new volumes"). The Encyclopædia Britannica, Company ltd. m/s. 658. Dicapai pada 13 June 2011.
- ^ Bonavia 36
- ^ Spence, Jonathan D. (1999) The Search for Modern China, W.W. Norton and Company. p. 279. ISBN 0-393-97351-4.
- ^ * Meyerhofer, Adi (2013). 袁大头. Yuan Shi-kai Dollar: 'Fat Man Dollar' Forgeries and Remints (PDF). Munich. Diarkibkan daripada yang asal (PDF) pada 2016-03-03. Dicapai pada 2020-08-24.
- ^ Spence, Jonathan D. (1999) The Search for Modern China, W.W. Norton and Company. p. 281. ISBN 0-393-97351-4.
- ^ Barnouin, Barbara and Yu Changgen. Zhou Enlai: A Political Life. Hong Kong: Chinese University of Hong Kong, 2006. Retrieved at <http://books.google.com/books?id=NztlWQeXf2IC&printsec=frontcover&dq=zhou+enlai&hl=en&ei=wBkuTdKyB4H_8AaJucigAQ&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=2&ved=0CCsQ6AEwAQ#v=onepage&q&f=false> on 12 March 2011. p. 14
- ^ a b Spence, Jonathan D. (1999) The Search for Modern China, W.W. Norton and Company. p. 282. ISBN 0-393-97351-4.
- ^ Bonavia 40
- ^ Spence, Jonathan D. (1999) The Search for Modern China, W.W. Norton and Company. pp. 282–283. ISBN 0-393-97351-4.
- ^ 洹园里的破嘴龟 Diarkibkan 2012-02-04 di Wayback Machine (The tortoise with a broken mouth in Huanyuan Park) (Cina)