Ruqyah (Arab: رقية; Inggeris: exorcism) adalah kaedah penyembuhan dengan cara membacakan sesuatu pada orang yang sakit akibat daripada ‘ain (mata hasad), sengatan haiwan,[1] bisa,[2][3] sihir,[4] rasa sakit,[5] gila, rasukan dan gangguan jin.[6][7]
Definisi ruqyah
Pengertian ruqyah secara terminologi adalah sebuah perlindungan (al-‘udzah) yang digunakan untuk melindungi orang yang terkena penyakit, seperti panas akibat disengat binatang, rasukan, dan lain-lain.[8] Makna ruqyah secara etimologi syariat adalah doa dan bacaan-bacaan yang mengandungi permintaan tolong dan perlindungan kepada Allah untuk mencegah atau mengubati bala dan penyakit. Kadang kala doa atau bacaan itu disertai dengan sebuah tiupan dari mulut ke kedua telapak tangan atau anggota tubuh orang yang meruqyah atau yang diruqyah. Ruqyah yang paling utama adalah doa dan bacaan yang bersumber dari al-Quran dan Sunnah.[9]
Ayat ruqyah
Ayat-ayat ruqyah ini adalah terdiri pada:
|
|
|
Batasan ruqyah
Ruqyah yang syar’i memiliki beberapa ketentuannya tertentu. Jika tidak memenuhi kriteria tersebut maka ruqyah tersebut tidak syar'i, iaitu sama dengan jampi-jampi yang dilakukan oleh para bomoh. Kriteria ruqyah yang syar’i (yang sesuai syariat Islam) dijelaskan berikut ini:
- Bacaan ruqyah dengan menggunakan ayat Al Qur’an, do’a yang syar’i atau yang tidak bertentangan dengan do’a yang dituntunkan.
- Menggunakan bahasa Arab kecuali jika tidak mampu menggunakannya.
- Tidak bergantung pada ruqyah kerana ruqyah hanyalah sebab yang dapat berpengaruh atau tidak.
- Isi ruqyah jelas maknanya.
- Tidak mengandung do’a atau permintaan kepada selain Allah (seperti kepada malaikat, jin, atau makhluk lainnya).
- Tidak mengandung ungkapan yang diharamkan, seperti celaan.
- Tidak mensyaratkan orang yang diruqyah mesti dalam keadaan yang aneh seperti harus dalam keadaan junub, harus berada di kuburan, atau mesti dalam keadaan bernajis.[10].
Penerapan
Disebutkan dalam suatu hadith bahwasanya Nabi Muhammad ﷺ pernah disihir orang, sehingga Malaikat Jibril datang dan mengajarkan ruqyah kepadanya dengan cara membaca Al-Mu’awwidzat sehingga hilanglah pengaruh sihir tersebut.[4]
Rujukan
- ^ "Dari Abu Sa’id Al-Khudri, bahawa ada sekumpulan sahabat rasulullah ﷺ dahulu berada dalam perjalanan safar, lalu melewati suatu kampung Arab. Kala itu, mereka meminta untuk dijamu, namun penduduk kampung tersebut enggan untuk menjamu. Penduduk kampung tersebut lantas berkata pada para sahabat yang singgah, “Apakah di antara kalian ada yang dapat meruqyah kerana pembesar kampung tersebut disengat binatang atau diserang demam.” Di antara para sahabat lantas berkata, “Iya ada.” Lalu ia pun mendatangi pembesar tersebut dan ia meruqyahnya dengan membaca surat Al Fatihah, pembesar tersebut pun sembuh. (Hadits riwayat Bukhari no. 5736 dan Muslim no. 2201)
- ^ Dalam sebuah hadits diriwayatkan dari Aisyah, dia berkata bahwa: “Nabi ﷺ mengizinkan ruqyah dari sengatan semua hewan berbisa.” (Hadits riwayat. Al-Bukhari no. 5741 dan Muslim no. 2196).
- ^ Dari Jabir dia berkata: “Rasulullah ﷺ pernah melarang melakukan ruqyah. Lalu datang keluarga ‘Amru bin Hazm kepada dia seraya berkata; ‘Ya Rasulullah! Kami mempunyai cara ruqyah untuk gigitan kalajengking. Tetapi anda melarang melakukan ruqyah. Bagaimana itu? ‘ Lalu mereka peragakan cara ruqyah mereka di hadapan dia. Maka dia bersabda: ‘Ini tidak apa-apa. Barangsiapa di antara kalian yang bisa memberi manfaat kepada saudaranya maka hendaklah dia melakukannya.” (Hadits riwayat Muslim no. 4078).
- ^ a b Ibnu Hajar Al Asqalani menyatakan bahawa; “Yang dimaksudkan dengan ‘Al-Muawwizat’ adalah surah Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas.” (Fathul Bari 9/62).
- ^ Di penghujung hayat Rasulullah ﷺ dalam keadaan sakit. Baginda meruqyah dirinya dengan membaca Al-Mu’awwidzat, ketika sakit baginda semakin parah, maka Aisyah yang membacakan ruqyah dengan Al-Mu’awwidzat tersebut. (Hadits riwayat Al Bukhari no. 4085 dan Muslim no. 2195).
- ^ Dari Abu Said bahwa rasulullah ﷺ dahulu senantiasa berlindung dari pengaruh mata jin dan manusia, ketika turun dua surat tersebut, Dia mengganti dengan keduanya dan meninggalkan yang lainnya” (Hadits riwayat At-Tirmidzi).
- ^ Hadits riwayat At Tirmidzi no. 1984, dari shahabat Abu Sa’id.
- ^ An-Nihayah fi Gharibil Hadits karya Ibnul Atsir 3/254.
- ^ Ar-Ruqa wa Ahkamuha oleh Salim Al-Jaza`iri; karya Shalih bin Abdul Aziz Alu Asy-Syaikh, hal. 4-5
- ^ Fatawal ‘Ulama fii ‘Ilaajus Sihr wal Mass wal ‘Ain wal Jaan, hal. 310
Bibliografi
- Tindakan preventif menghindari sihir & serangan Jin; Sa'id bin 'Ali bin Wahf Al-Qahthani; Sukoharjo (2007);Maktabah Al-Ghuroba
Pautan Luar
- (Inggeris) Fatwa tentang kesalahan-kesalahan dalam meruqyah
- (Inggeris) Cara melakukan ruqyah
- (Indonesia) Syarat Ruqyah Syar'iyah Diarkibkan 2013-09-05 di Wayback Machine
- (Indonesia) Ruqyah Cirebon