Tapak Warisan Dunia UNESCO | |
Maklumat am | |
---|---|
Nama asli | 東大寺 |
Nama rasmi | 金光明四天王護国之寺 |
Sebahagian dari | Historic Monuments of Ancient Nara, Nanto Shichi Daiji, The Twenty-Fifth Reikyo of Dharan Shonin, Shinbutsu Reijō Junpai no Michi, Q22120745 |
Termasuklah | Belfry, Todaiji Chisoku-in Founder's Hall, Todaiji Great Buddha Hall Hokke-dō Nigatsu-dō Shōsōin Tōdai-ji Culture Center Tōdai-ji Daibutsu Tōdai-ji Honbō Kyōko Tōdai-ji Nandaimon Tōdai-ji Tegaimon Tōdaiji Gakuen Kindergarten Tōnan-in |
Inskripsi | 1998 (sesi ke-22) |
Keluasan | 68.9, 327.9 he (7,420,000, 35,290,000 ka2) |
Laman sesawang | https://www.todaiji.or.jp/ |
Maklumat lokasi | |
Lokasi | 1 Zōshi-chō, Nara, Wilayah Nara Jepun |
Koordinat | 34°41′21″N 135°50′23″E / 34.689166666667°N 135.83972222222°E |
sunting · sunting di Wikidata |
Tōdai-ji (東大寺 ) ialah kompleks kuil Buddha yang terletak di bandar Nara, Jepun. Berada di timur laut Taman Nara, ia pernah menjadi salah satu daripada Tujuh Kuli Besar dan merupakan kuil utama bagi ajaran Kegon. Kuil ini didirikan pada abad ke-8 (zaman Nara) oleh Maharaja Shōmu dan ia juga menempatkan patung gangsa Buddha Vairocana yang terbesar di dunia.
Nama lain Tōdai-ji adalah "Konkōmyō shitennō gokuku no tera" (金光明四天王護国之寺 ). Kuil ini disebut Tōdai-ji (secara harfiah bermaksud "kuil timur besar") kerana ia terletak di timur ibu kota Heijō-kyō. Tōdai-ji bersama dengan 7 lokasi lain yang disebut bangunan bersejarah di kota lama Nara merupakan Tapak Warisan Dunia UNESCO.
Pada zaman Nara, kuil ini dibina sebagai kuil berskala besar. Selain daripada Dewan Buddha Besar (大仏殿 , Daibutsuden) yang berisi Daibutsu (大仏 ), di sebelah timur dan barat kuil, terdapat pagoda 7 tingkat dengan ketinggian kira-kira 100 meter (330 ka). Namun sejak zaman Heian, sebahagian besar bangunan sudah habis terbakar sebanyak dua kali akibat peperangan. Bangunan yang masih bersisa dari zaman Nara hanya sebahagian daripada bahagian asas Daibutsu. Bangunan utama yang ada sekarang dibina pada awal abad ke-18 (zaman Edo), di mana lebarnya 66% dibandingkan bangunan asalnya ketika zaman Nara. Ketika waktu pemerintahan Maharaja Shōmu, Tōdai-ji dijadikan sebagai kuil pusat bagi lebih daripada 60 kuil wilayah (kokubunji) bagi seluruh Jepun.
Sejarah
Pembinaan kuil
Tōdai-ji sudah dibina sejak awal abad ke-8 di kaki Gunung Wakakusa. Menurut Tōdai-ji yōroku (buku catatan milik Tōdai-ji), pendahulu Tōdai-ji adalah kuil bernama Kinshō-ji (金鐘寺 ) atau Konshu-ji (金鍾寺 ) yang didirikan tahun 733 di kaki Gunung Wakakusa. Sementara itu, menurut Shoku Nihongi, Maharaja Shōmu dan Maharani Kōmyō mendirikan sebuah kuil di kaki gunung itu untuk mengenang putera baginda berdua yang mangkat sewaktu masih kecil. Kuil tersebut menjadi tempat kediaman bagi 9 orang sami dan merupakan pelopor dari Kinshō-ji. Pada pertengahan abad ke-8, Kinshō-ji terdiri daripada bangunan yang disebut sebagai Kensaku-dō dan Senju-dō. Berdasarkan titah perintah maharaja pada tahun 742, Kinshō-ji dijadikan kuil wilayah bagi Wilayah Yamato dan namanya digantikan kepada Konkōmyō-ji.
Daibutsu mula dibina pada tahun 747 dan sejak itu kuil ini mula dipanggil sebagai Tōdai-ji. Berita mengenai "jabatan pembangunan Tōdai-ji" dicatat pertama kali dalam catatan sejarah tahun 748.
Perintah pembangunan Daibutsu sudah dikeluarkan Kaisar Shōmu pada tahun 743. Pada waktu itu, ibu kota berada Kuninomiya, sedangkan kaisar tinggal di timur laut Kuninomiya, tepatnya di Shigarakinomiya (sekarang kota Kōka, Prefektur Shiga) sehingga pembangunan Daibutsu dimulai di Shigarakinomiya. Dua tahun kemudian, ibu kota kembali dipindahkan ke Heijō-kyō. Pembangunan Daibutsu juga ikut dipindah ke tempatnya yang sekarang di Tōdai-ji. Pihak istana memerlukan dukungan kuat dari rakyat untuk proyek berskala besar seperti pembangunan Daibutsu. Dukungan rakyat diperoleh setelah Gyoki yang pernah dipecat dari istana diangkat pihak istana sebagai biksu kepala.
Setelah pembangunan Daibutsu selesai, upacara peresmian dilangsungkan tahun 752 dengan pemimpin upacara seorang biksu kelahiran India bernama Bodhisena. Proyek berikutnya adalah pembangunan Daibutsuden (Aula Daibutsu) yang dimulai tahun 758. Empat tokoh berpengaruh dalam proyek pembangunan Tōdai-ji disebut Shishō (四聖 , empat orang suci) yang terdiri dari Rōben, Kaisar Shōmu, Gyōki, dan Bodhisena.
Proyek berskala besar seperti pembangunan Daibutsu dan Aula Daibutsu ternyata menguras uang negara. Sementara kalangan bangsawan dan kuil dalam keadaan serba berkecukupan, kehidupan kalangan petani menjadi semakin sulit. Gelandangan bermunculan di Heijō-kyo, sedangkan orang mati kelaparan tidak terhitung jumlahnya. Di tengah berlangsungnya proyek, Kaisar Shōmu meninggal dunia pada tahun 756. Pada bulan 7 tahun yang sama, Tachibana no Naramaro memimpin pemberontakan. Ayah Naramaro (Tachibana no Moroe) sebenarnya adalah pembantu dekat Kaisar Shōmu yang memulai proyek Tōdai-ji. Setelah tertangkap, Naramaro diinterogasi oleh Fujiwara no Nagate. Menurutnya, pembangunan Tōdai-ji dan sebagainya hanya membuat susah rakyat, dan pemerintah telah salah jalan.
Bangunan dan peninggalan budaya
Nandaimon (Gerbang Besar Selatan)
Pada tahun 962, Nandaimon pernah dirobohkan angin topan, tapi dibina kembali pada tahun 1199 (zaman Kamakura). Pembangunan kembali dipimpin biksu Shunjōbō Chōgen dengan memperkenalkan gaya arsitektur Daibutsuyō (dulu disebut Tenjikuyō atau "gaya India"). Chōgen belajar arsitektur Daibutsuyō dari Dinasti Song di Tiongkok. Ciri khas Daibutsuyō adalah sambungan kayu berupa balok pengikat (balok sloof) yang menembus tiang kolom, atau dalam bahasa Jepun disebut nuki (貫 )[1]. Langit-langit juga dibiarkan terbuka untuk memperlihatkan kuda-kuda. Masih seatap dengan bangunan gerbang, di sisi kiri dan kanan bagian depan terdapat sepasang Kongorikishi (Nio), sedangkan di sisi kiri dan kanan bagian dalam terdapat sepasang singa batu.
Mokuzo Kongōrikishi Ritsuzō
Sepasang patung kayu seluruh badan Kongōrikishi (Mokuzo Kongōrikishi Ritsuzō) menyambut orang yang memasuki Nandaimon. Masing-masing patung tingginya 8,4 m dan keduanya merupakan pusaka nasional Jepun. Patung Ungyō berada di sisi sebelah kanan, dan bisa dikenali dari mulutnya yang tertutup. Patung Agyō berada di sisi sebelah kiri, dan bisa dikenali dari mulutnya yang terbuka.
Berbagai macam benda dan dokumen ditemukan dari dalam patung ketika keduanya dibongkar dalam proyek pemugaran dari tahun 1988 hingga 1993. Berdasarkan dokumen yang ditemukan dari dalam patung, Agyo adalah karya busshi (pemahat patung Buddha) bernama Unkei dan Kaikei, serta 13 pemahat bawahannya. Sementara itu, Ungyō adalah karya pemahat patung Buddha bernama Teikaku dan Tankei, serta 12 pemahat bawahannya. Penemuan tersebut memperbaiki teori sebelumnya bahwa "patung Agyō adalah karya Kaikei, sedangkan patung Ungyō adalah karya Unkei". Selain itu, Unkei bukanlah pemahat kepala yang memimpin pembangunan Agyō dan Ungyō seperti dulu banyak diketahui orang.
Chūmon (Gerbang Tengah)
Chūmon merupakan pintu masuk menuju kompleks Aula Daibutsu. Bangunan gerbang berbentuk rōmon (gerbang tinggi yang terlihat seperti bangunan bertingkat dua)[2], dan dibina sekitar tahun 1716 dengan gaya arsitektur irimoya-zukuri.[3] Di sisi kiri dan kanan gerbang utama dibina tembok pagar. Bila dilihat dari atas, bangunan gerbang dan tembok membentuk huruf "u" yang memagari Aula Daibutsu.
Kon-dō (Daibutsuden)
Nyōirin Kannon dan Kokūzō Bosatsu
Rupang Avalokitesvara Cintamanicakra (Nyōirin Kannon) dan Akasagarbha Bodhisattva (Kokūzō Bosatsu) yang sedang duduk bersila berada di sisi kiri dan kanan Daibutsu. Berbeda dengan Daibutsu yang dibuat dari perunggu, kedua rupang ini dibuat dari kayu. Pemahatnya berasal dari zaman Edo, Yamamoto Junkei dan kelompoknya dari Kyoto, serta Tsubai Kenkei dan kelompoknya dari Osaka. Penyelesaian kedua rupang ini membutuhkan waktu sekitar 30 tahun, dan merupakan salah satu contoh adikarya seni pahat dari zaman Edo. Rupang Nyōirin Kannon selesai tahun 1738, sedangkan rupang Kokūzō Bosatsu selesai tahun 1752.
Pautan luar
Wikimedia Commons mempunyai media berkaitan Tōdai-ji |
- (Jepun) Tapak rasmi Tōdai-ji