Sunan (bahasa Jawa: ꦱꦸꦤꦤ꧀, Pegon: سُنَن serapan Jawa Kuno susuhunan "junjungan" terbitan kata dasar suhun "junjung"[1][2]) adalah gelaran yang merujuk pada penguasa sesebuah kerajaan yang lazim di pulau Jawa terutamanya Mataram dan Surakarta tetapi juga di Kesultanan Banjar dan Kesultanan Palembang. Ia turut digunakan kaum bangsawan penggunaannya juga ditujukan kepada orang yang dihormati seperti ulama anggota Sembilan Wali (Wali Songo) yang merupakan penyebar agama Islam.
Penggunaan
[sunting | sunting sumber]Wali-Wali yang Songo
[sunting | sunting sumber]- Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim
- Sunan Ampel atau Raden Rahmat
- Sunan Bonang atau Raden Makhdum Ibrahim
- Sunan Drajat atau Raden Qasim
- Sunan Kudus atau Jaffar Shadiq
- Sunan Giri atau Raden Paku atau Ainul Yaqin
- Sunan Kalijaga atau Raden Said
- Sunan Muria atau Raden Umar Said
- Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah
Sunan Mataram
[sunting | sunting sumber]- Anyakrawati (1601 – 1613)
- Anyakrakusuma (1613 – 1645), pada 1641 diubah gelaran diri sebagai sultan.
- Amangkurat I (1646 – 1677)
- Amangkurat II (1677 – 1703)
- Amangkurat III (1703 – 1705)
- Pakubuwana I (1704 – 1719)
- Amangkurat IV (1719 – 1726)
- Pakubuwana II (1726 – 1742)
- Amangkurat V (1742 – 1743)
Sunan Surakarta
[sunting | sunting sumber]- Pakubuwana II (1745 – 1749)
- Pakubuwana III (1749 – 1788)
- Pakubuwana IV (1788 – 1820)
- Pakubuwana V (1820 – 1823)
- Pakubuwana VI (1823 – 1830)
- Pakubuwana VII (1830 – 1858)
- Pakubuwana VIII (1859 – 1861)
- Pakubuwana IX (1861 – 1893)
- Pakubuwana X (1893 – 1939)
- Pakubuwana XI (1939 – 1945)
- Pakubuwana XII (1945 – 2004)
- Pakubuwana XIII (2004 – sekarang)
Sunan Indragiri-Pakubuhono (Melayu)
[sunting | sunting sumber]- Pakubuhono II (2008 – 2022)
- Pakubuhono III (2022 – kini)
Penggunaan dalam masyarakat Sunda dan Tengger
[sunting | sunting sumber]Masyarakat Sunda memakai "sunan" untuk menyebut orang yang memiliki kedudukan terhormat (Susuhunan). Salah satu contohnya adalah penyebutan tokoh Sunan Ambu, sosok perempuan mulia yang merupakan ibu dari kebudayaan Sunda.
Masyarakat Tengger yang mewarisi tradisi Jawa pra-Islam, menyebut beberapa nama leluhur dan roh-roh pelindung dengan gelar sunan, seperti:
- Sunan Pernoto (roh yang mendiami Pura Luhur Ponten dan juga salah satu anak Rara Anteng dan Joko Seger)
- Sunan Perniti (pelindung tangga naik ke Bromo, juga salah satu anak Rara Anteng dan Joko Seger)
- Sunan Dewa Kusuma (roh yang mendiami kawah Bromo, juga salah satu anak Roro Anteng dan Joko Seger), dan
- Sunan Ibu (roh Bromo).
Rujukan
[sunting | sunting sumber]- ^ L. Mardiwarsito; Sri Suksesi Adiwimarta; Sri Timur Suratman (1992). "junjung". Kamus Indonesia-Jawa Kuno. Jakarta, Indonesia: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. m/s. 65. ISBN 979-459-361-3.
- ^ Hamka (1982). Dari Perbendaharaan Lama (ed. II). Jakarta: Pustaka Panjimas. m/s. 244.
Pautan luar
[sunting | sunting sumber]| Cari Sunan dalam Wikikamus bahasa Melayu, kamus bebas. |
- (Inggeris) Definition of susuhunan








